Minggu, 11 Maret 2012

AKU MENANGIS UNTUK ADIKKU 6 KALI

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"

Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, " Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana !"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa temanku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah temanku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota . Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai. [Diterjemahkan dari "I cried for my brother six times"]

Senin, 25 April 2011

K-Wave?? Why Not!!

안녕하세요 Annyeong haseyo

Yaah kayaknya saya mo nulis tentang hobi saya yang mulai tak terkendali, dan apakah itu??Yup, saya terkena K-Wave alias Korean Wave!!! :P
K-Wave adalah suatu budaya pop Korea (film, musik, dll) yang mulai mewabah dunia, bisa dikarenakan mostly seleb-selebnya sedap dipandang dan musik enak didengar dan kalo film ceritanya bagus ato menarik.
Okey, pertama kali saya mengenal K-Wave sepertinya sudah cukup lama, seingatnya saya sekitar tahun 2000an pas serial Endless Love yang dibintangi oleh Song Hye Kyo diputar diTV. Setelah itu saya mulai tertarik dengan film-film Asia termasuk Jepang, India, Thailand dll (belum terlalu mengarah ke Korea). Sekitar 2001 saya menonton film My Sassy Girl yang dibintangi oleh Jung Jye Hyun dan Cha The Yun dan karena film inilah saya mulai menyukai film Korea.

Oiya sebelumnya saya mo bilang kalo saya termasuk movieholic, semua film saya lahap termasuk bokep tentunya.. :P

Karena film Korea yang saya tonton kebanyakan genrenya drama (baca : mello) menyebabkan saya jadi ikut mellow juga. Aneh??Enggak kalo menurut saya, sebab sifat mellow ini menyebabkan saya lebih perasa daripada sebelumnya. Jauh sebelum mengenal sifat mellow saya termasuk orang yang sangat amat CUEK dengan orang lain dan gak mau peduli. Bagi saya ini merupakan perubahan yang lebih baik. Efek buruk sifat perasa ini saya sekarang tidak bisa nonton yang sadistis entah itu film, gambar ataupun nyata, saya bisa langsung muntah ataupun demam.. :D

Sekarang tentang musiknya, tau khan lagu Kiss - Because I'm a Girl, yang clipnya bikin merinding dan mungkin bisa membuat nangis, nah lagu Korea itulah yang pertama kali saya denger. Setelah itu saya mulai mencari lagu-lagu Koorea yang laen, biasanya saya tahu dari soundtrack film yang saya tonton. Dari situ saya mulai mengenal grup-grup musik korea (saya bicara girls band :P) dari SNSD/Girl's Generation, After School, 2NE1, Tiara, Miss A, K-Ara, dsb.
Sebelumnya saya mo bilang kalo musik saya lebih cenderung suka suara cewek. Dan saya suka aliran musik apa pun selama diterima dengan baik oleh telinga.
Dan akhir-akhir ini saya sangat suka mutar lagu Korea, entah itu girlsband maupun soundtrack. Bisa dibilang kayak orang gila kalo denger lagu Korea. Dan yang lebih lucu lagi, teman-teman kos pertama-tama ketawa kalo saya muter tapi lama kelamaan terbiasa dan emosi juga kayaknya (sorry ya kalo temen kos ada yang baca :P)

Selaen film ataupun musik saya suka cari gambar (foto) seleb-seleb cewek Korea tentu saja. Fotonya ya buat di simpan aja, kadang dipake buat wallpaper monitor.

Nah itulah hobi saya yang saya kenal sejak 11 tahun yang lalu, tapi saya masih kalah jauh bila dibanding dengan penggemar K-Wave yang laen. Sekarang saya akan mencoba membahas yg anti K-Wave. Kebanyakan orang yang saya kenal atau tahu, mereka gak terlau berminat atau mungkin sudah under estimate sama K-Wave. Mereka terlalu gengsi untuk menonton maupun mendengar. Mereka lebih condong suka yang berbau barat yang kadang banyak yang tidak bagus untuk ditonton ataupun didengar. Tapi hak mereka juga sih. Yang penting do what do you like/prefer. Menurut saya sih, cobalah mengenal budaya laen entah itu Korea, Jepang, China, Thailand ataupun negara laen (non-english language) yang terkadang menarik untuk dipelajari ataupun dinikmati dan gak ada ruginya.

감사합니다 Kamsahamnida!!

Senin, 11 April 2011

Lifting King Kong!!

Buat penggemar film olahraga saya rekomendasikan film ini layak ditonton. Film ini berkisah tentang olah raga angkat besi, yak benar ANGKAT BESI!! Olahraga yang kurang populer dan sangat jarang ada difilmnya, jujur saja film tema angkat besi baru kali ini saya tonton dan hasilnya pun tidak mengecewakan.

Film ini diperankan oleh Lee Beom Su sebagai Lee Ji Bong dan Jo An sebagai Park Yeong Ja, yang keduanya merupakan tokoh utama film tersebut. Film ini merupakan kisah nyata yang menceritakan tentang seorang mantan atlet Olimpiade yang mendapat medali perunggu yang kariernya hancur akibat cedera. Setelah pensiun Ji Bong yang luntang luntung tak karuan akhirnya menemukan suatu pekerjaan sebagai guru olahraga di suatu sekolah. Pada awalnya Ji Bong tidak niat mengajarkan angkat besi karena angkat besi merupakan olahraga yang sangat amat berat dengan masa depan yang tidak jelas meskipun olahraga angkat besi merupakan olahraga sederhana. Tapi lama kelamaan melihat anak didiknya benar-benar sangat bersemangat dengan angkat besi maka Ji Bong pun akhirnya mau melatih.

Film ini menitikberatkan hubungan Ji Bong dan Yeong Ja sebagai pelatih dan anak didiknya. Yeong Ja yang merupakan seorang anak yatim piatu dan miskin yang memiliki bakat dan kemauan yang luar biasa di olahraga angkat besi yang akhirnya diasah kemampuannya oleh Ji Bong dengan sepenuh hati.

Peran Lee Beom Su sebagai Lee Ji Bong dan Jo An sebagai Park Yeong Ja ini sangat menarik, hubungan mereka pun menjadi kesan tersendiri di film ini. Film ini sarat akan kelucuan dan penuh emosi.

Jumat, 08 April 2011

A Little Thing Called Love - Thai Movie

A Little Thing Called Love, pertama kali lihat judulnya langsung inget band Queen yang juga membawakan lagu dengan judul yang sama. Film ini adalah sebuah film drama remaja dari Thailand yang dibintangi oleh Mario Maurier (Shone) dan Pimchanok Leuwisetpaibul (Nam). Film ini berkisah tentang seorang cewek yang bernama Nam yang jatuh cinta sama seniornya di sekolah yang Shone yang nota bene cowok populer di sekolahnya. Nam yang dibantu geng-nya berusaha mati-matian mengejar Shone, nah disinilah film ini menarik. Lucu, sedih, emosi campur aduk dalam film ini, belum lagi ditambah tingkah guru yang sok kecakepan, dan polah teman se-geng Nam. hihihi..

Film ini dikemas secara simple tapi gak asal-asalan, ceritanya sederhana tapi alurnya menarik dan minim adegan "sia sia". Must see-lah!!

Blog Identity???

Okeh, saya sebenarnya bingung mo ngasih tema apa buat blog saya..tapi kata pecandu hidup sebaiknya bikin blog tentang film, sesuai dengan hobi saya yaitu nonton film. Setelah ditimbang timbang dengan masak (sok mikir) akhirnya okelah saya akan mereview tentang film. Tapi mungkin selain film, saya akan mencoba menulis sesuatu yang laen (alah labil). hihihi....

Doakan saya yaahhh.... ^_______^

Jumat, 01 April 2011

Chika

Pertengahan Mei 1995 saya dikasih sama temen kakak 3 ekor anjing. Anjingnya kembar, peranakan campuran (campuran antah berantah). 2 cowok 1 cewek yang masih berumur sebulan. Tau sendiri khan gimana repotnya memelihara hewan yang masih bayi. Ketiga anjing belum dikasih nama, masih bingung mo dikasih nama apa sampe kira-kira 6 bulan belom ada nama. hihihihhi...
Pada waktu umur sekitar 3bulanan anjing yang cewek dikasih ke teman mama, soalnya ntar takut beranak dan anjing yang hamil itu galak (banyak anak kecil maen di rumak saya). So mulai saat itu anjing saya cuma 2. Oiya anjingnya berwarna hitam perpaduan coklat tua dan yang satunya perpaduan hitam coklat muda. Keduanya dipanggil Chika (gak kreatif sama sekali khan hahaha). Dari kedua anjing itu, yang coklat tua sangat penurut dan gak nakal sedangkan yang coklat muda kebalikannnya. Terus terang dulu lebih sayang sama yang coklat tua. Sekitar 2003 bulan lupa anjingku yang coklat tua mati, karena sakit. Sejak itu tinggallah Chika yang coklat muda.

Yup, saya akan memulai kisah Chika, apa yang diberikannya kepada keluarga saya. Maret 1996 keponakan pertama saya yang bernama Diva berumur 3bulan dititipkan sementara di rumah soalnya papa mamanya sibuk kerja di Jakarta. Tiap pagi Diva ditaruh diayunan, "dijemur" dan Chika-lah yang menjaga Diva, soalnya kalo pagi diruma saya semua sibuk. Kalo Diva nangis Chika ngonggong sampe ada orang yang datang ngurusin Diva. Begitu seterusnya sampe Diva berumur 6 bulan. Dirumah saya bisnis ayam goreng dan bakar jadi tiap jam 2 pagi pasti udah mulai beraktivitas. Dan Chika selalu menemani. Kalo ayamnya sudah mateng, Chika yang jagain. Chika gak makan ayam itu ataupun mencuri. Chika tidak akan pernah makan makanan yang tidak diberikan langsung padanya.

Tahun 2002 kakek tinggal dirumah saya, kakek mulai sakit sakitan dan pikun. Pertengahan 2003 menjelang kakek meninggal Chika duduk disamping tubuh kakek sampai kakek akhirnya meninggal. Akhir Desember 2007 Solo terjadi banjir besar, rumah saya yang gak pernah kena pun akhirnya kena. Sekeluarga mengungsi, dan Chika dititipkan di rumah tetangga yang gak kena banjir. 3hari lamanya sekelurga mengungsi dan ternyata Chika yang selama ini saya kira di rumah tetangga ternyata di rumah saya. Jadi pas setelah dititipkan gak lama kemudian balik kerumah, berenang. Selama 3hari dia ada di meja makan, Chika makan dari makanan yang diberi oleh tetangga yang kadang menjenguk Chika.

Awal 2010 Ayah saya masuk rumah sakit karena stroke, dirawat di rumah sakit 2 minggu. Setelah keluar dari rumah sakit ayah dirawat dirumah. April 2010 ayah saya meninggal dan saya baru tidak dirumah, saya dijogja. Dan menurut cerita Mama dan kakak-kakak saya, pas ayah mau meninggal Chika duduk disamping tubuh ayah.

25 Maret 2011 saya di sms sama kakak saya kalo Chika sakit, sore harinya saya baru ketemu Chika. Pertama waktu lihat kondisi Chika saya langsung nangis, bener-bener nangis. Chika yang selama ini kalo saya tiap pulang kerumah selalu disambut dengan loncat-loncat ketubuh saya sekarang meringkuk gemetar tak berdaya. Waktu itu saya sempet bilang ke Chika, "yang kuat ya..kalo udah gak kuat gak papa, saya sekeluarga udah ikhlas." Tiap sejam sekali saya tengok keadaan Chika benerin selimut, nyuapin Chika. Keesokan harinya sekitar jam setengah 5 pagi saya dibangunin dan dikasih tau kalo Chika sudah mati dan langsung saya kuburkan di halaman depan rumah.

Oiya rumah saya khan sering dipinjam buat tetangga buat ngadaian acara semisal hajatan, pengajian, atau misa (pluralis khan) dan Chikalah yang menjadi tukang menyambut tamu. hihihihi...Selama dia hidup, kurang lebih 16 tahun lamanya Chika tidak pernah menggigit orang!!


Terima kasih Chika yang selama 16 tahun telah menjadi bagian terindah di kehidupan saya....

Selasa, 08 Februari 2011

Gloomy Sunday

Saya akan coba menulis sebuah lagu yang konon sudah menjadi urban-legend. Tahun 1935, Lazzlo Javor menulis sebuah lagu yang berjudul Gloomy Sunday. Lagu tersebut kemudian dijadikan irama musik oleh Rezsoe Seres dan rekaman lagu itu langsung meledak. Lagu itu dikarang Lazzlo untuk kekasihnya. Tetapi, kejadian buruk yang tidak diperkirakan terjadi, kekasih Lazzlo Javor mencabut nyawanya tidak lama setelah peluncuran lagu tersebut. Dan di surat berisi niat bunuh diri itu berbunyi, Gloomy Sunday.

Sebelum meninggal, Resz pernah mengungkapkan bahwa lagu yang sempat menjadi hits ini mewakilkan kepedihan hatinya karena entah mengapa dia tahu bahwa dia tidak akan pernah lagi membuat hits kedua. Lagu itu sudah menambah keputusasaan nya tentang hidup.

Semenjak awal di ciptakannya lagu itu, banyak kasus bunuh diri. Seorang pegawai negeri Hongaria bunuh diri dengan menembak dirinya. Mayatnya ditemukan dalam posisi menelungkup di atas kopi lirik lagu Gloomy Sunday.

Selanjutnya, seorang gadis berupaya meracuni dirinya. Ketika kepergok, lagu Gloomy Sunday masih mengalun di alat musik dalam ruangan itu.

Ada sebuah kisah lagi yang terjadi di sebuah restoran di Budapest. Seorang pemuda menembak dirinya ketika band musik di restoran itu baru saja memainkan lagu Gloomy Sunday. Oleh karena itu pemerintah Hongaria melarang pemutran lagu Gloomy Sunday, beberapa waktu kemudian Inggris, melarang pemutaran lagu tersebut di BBC (British Broadcasting Channel) namun hal tersebut tidak terjadi di Amerika.

Dan akhirnya Gloomy Sunday pun jadi legenda. Sudah puluhan artis yg menyanyikan dan mengalihbahasakan lagu ini diantaranya Billie Holiday (yang mempopulerkan), Ray Charles, Elvis Costello, Sarah Brightman, Sarah McLachan, Bjork dan masih banyak artis lainnya. Dan bahkan lagu ini pun dijadikan inspirasi film dengan judul yang sama, Gloomy Sunday yang sayangnya kurang populer.

Gloomy Sunday

Sunday is gloomy, my hours
are slumberers
Dearest the shadows I live with
are numberless
Little white flowers will
Never awaken you
Not where the black coach
Of sorrow has taken you
Angel have no thought of ever returning you
Would they be angry if
I thought of joining you?

Gloomy Sunday

Gloomy is Sunday, with shadows
I spend it all
My heart and i
Have decide to end it all
Soon there’ll be candles
And prayer that are sad I know
Let them not weep
Let them know
That I’m glad to go
Death is no dream
For in death I’m caressing you
With the last soul of my soul
I’ll be blessing you

Gloomy Sunday

Dreaming, I was only dreaming
I wake and I find you asleep
In the deep of my heart, here
Darling, I hope that my dream
Never haunted you
My heart is telling you
How much I wanted you

Gloomy Sunday